Sisi Lain Andy's Kencono


JOJ, Ngawi-Di suasana dingin awal pagi, meluncurlah sesosok bus gagah berani meski tiada medi. Berjalannya pelan tapi pasti. Trayek SINE-NGAWI. Bergerak mulai jam 3 pagi. Demi insan pemburu ekonomi dan putra putri penuntut ilmu pasti. Selalu ia kutunggui berharap tiada terlambat diawal hari demi sesuap ilmu pasti di SMK PGRI 1 NGAWI.


Kenangan itu kini, kini jadi kenangan berarti di benak kami. Terlambat kadang, konsekuensi pasti. Push Up, didepan kelas berdiri sudah biasa bagi kami. Walau Pak Guru kadang tak tahu keluh kesah kami. Yang datang dari pelosok Ngawi. Teramat penting untuk memahami setiap nasehat mulia beliau pada kami. Telat gak telat yg penting hadir itu motto kami, meski konsekuensi menghampiri.

Ada kala memang alasan kuat untuk menjawab pertanyaan : " Kenapa terlambat? "
Jawab kawan saya yang memang agak gokil namanya Rivan Dwi Nugroho :" Bengawannya banjir Pak? "
Terlalu singkat jika Pak Guru percaya itu, sebab rumahnya Rivan pun tak pernah menyeberangi bengawan.

Itulah mengapa kebijakan sanksi untuk keterlambatan siswa ndak pernah pas, bukan menyalahkan sebab siswa banyak, tak mungkin secara pasti mengetahui asal daerah stiap siswa.

Persepsi lain ada yang menganggap sekarang kan transportasi serba mudah? Jadi tiada alasan untuk terlambat. Menyoal transportasi untuk ke sekolah, terutama kembali ke Andy's Kencono lagi. Walaupun ini hanya untuk yang Ngawi Barat saja sekedar contoh. Memang serba mudah namun untuk mengejar waktu masuk setengah tujuh, bukan perkara mudah.

Misal saja yang dari Kauman, Sine berangkat dari rumah setelah Subuh, diantar sepeda motor sampai Perempatan Gedora. Nunggu bus disitu paling tidak dapat bus kedua, sebab bus pertama lebih awal ketika subuh menjelang. Diantar disini bukan kok Orang tuanya punya sepeda motor tapi ngojek, itupun pasti juga setelah sholat shubuh. Sehingga ketika waktu shubuh jam nya agak siang misal jam 5 mk jadwal bus gak bisa menyesuaikan, ya tetap berangkat walu dapat bus ke dua.

Kalau dulu dari Gedora itu jam 5 [bus pertama] sampai Ngawi jam 6.13 gak terlambat. Bus kedua jam 5.15 sampai Ngawi jam 6.20. Kenyataannya sekarang bus pertama sampai di Ngawi jam 6.15. Bus kedua sampai Ngawi jam 6.40 Jelas terlambat 10 menit. Jadi harus dipahami.

Lain lagi kawan saya yang dari Gembol, Sidolaju Lor. Habis Subuh berangkat trus nyebrang Gawan. Nunggu bus di Perempatan pasar Sidolaju tentu berdiri sudah pasti bahkan wajib Nggandul demi sampai di sekolah tidak terlambat.

Yang lain dari Watualang belum lama kemarin nggandul malah jatuh. Sebab diantara 2 pilihan: TELAT atau nekat Nggandul meski berisiko jatuh.

Mau naik bus besar ndak mungkin adanya ya itu. Sedangkan sekarang lajunya gak secepat dulu. Mau naik motor tidak stiap siswa orang tuanya punya. Jadi ya jalani saja.

Palagi kalau pulang yg masuk sore itu, sesuai kenyataan banyak yang naik truk. Bukan karna gak mau naik Andy's Kencono tapi memang penuh waktu pulang sore. Jadi ya mbonek gak masalah daripada berebut naik bus besar [SK/ MIRA] dilarang kondekturnya bahkan sempat dipancal.

Selain itu ada yang masuk di bagasi belakang bus Jaya Agung[ NGAWI-NGRAMBE ]. Juga ada yang sampai duduk berempat diatas bus Engkel[NGAWI-SIMO]. Tiada pernah rasa takut dimarahi Polisi, toh Polisi juga tak pedulikan kami. Itu dilakukan demi bisa pulang sampai ke rumah.

Saya sendiri pun juga pernah pulang naik truk. Tersebab naik bus SK/ Mira ndak boleh kalau belum Maghrib. Dari Grisa jam 5 Sore sampai rumah jam 10 malam. Itupun dengan naik truk 2 kali. Dan kol ikrak 1 kali.

Dan setelah saya lulus kemarin, info dari kawan saya. Polisi sempat datang ke GRISA guna memberitahukan bahwa siswa yang pulang sekolah, arah Ngawi Barat dilarang naik truk. Larangan tersebut menyusul adanya sejumlah palakan [perampokan] yang dilakukan anak pang.

Semoga tulisan ini bermanfaat jika sempat dibaca. Nuwun

Subscribe to receive free email updates: