JAKARTA (WIN): Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menegur enam lembaga penyiaran televisi terkait siaran pemberitaan, ‘talkshow’, dialog dan iklan politik yang tidak proporsional. Keenam lembaga penyiaran itu adalah RCTI, MNC TV, Global TV, ANTV, TV One dan Metro TV.
Hary Tanoesoedibjo, menjadi salah satu Cawapres, dari Hanura mewakili Wiranto. Hary yang kini memiliki 3 TV Swasta ini menjadikan Bisnisnya sebagai tempat promosi. 3 TV tersebut adalah RCTI, Global TV, TPI yang kini menjadi MNC TV.
Ketiga TV tersebut beberapa pekan terakhir menjadi sorotan banyak kalangan. KPI, Pemerhati Politik hingga KBRI RI untuk Jerman. Salah satu problem yang sempat mencuat yaitu program di RCTI " Kuis Kebangsaan " yang disinyalir sebagai Kuis abal-abal karena terbukti hanya rekayasa semata.
Alhasil publik kian gerah dengan Kampanye beruntun melalui 3 TV tersebut. Hary Tanoe sang konglomerat yang kini terjun kedunia Politik berawal dari Partai Nasdem. Demi mengangkat Surya Paloh. Dan kini beralih ke Hanura. Tanoe beralasan karena NasDem sudah tidak bisa lagi menyalurkan idealisme.
Hary blak-blakan kepada majalah Tempo dalam Wawancara Khusus edisi hari ini, Senin, 25 Februari 2013. "Saya menganggap NasDem tidak bisa lagi menyalurkan idealisme," katanya.
Keputusan Tanoe pindah Parpol ini juga terkait dengan posisinya sebagai Pengusaha Kaya. Tentu sangat banyak dilirik parpol terutama atas kepemilikan media publik tersebut.
Beberapa hari ini kisruh kembali terjadi. Pascaputusan kasasi Mahkamah Agung terkait gugatan antara PT Cipta Televisi Pendidikan Indonesia ( TPI) dengan MNCTV yang dimenangkan PT Cipta TPI, pihak MNCTV dituding melakukan pengusiran paksa kepada Direksi TPI.
Carut marut ini terjadi karena pihak TPI menganggap masih memiliki saham di TPI yang kini berganti dengan nama MNC TV. Kondisi yang kian memanas ini menjadi menu pelengkap kemunduran bisnis pengusaha yang terjun ke dunia politik. Termasuk disini Hary Tanoe dan Abu Rizal Bakrie.
(red-@Handocoe_HanCel)
Sumber:
Tempo & Tribun News