Iwel-Iwel (Laa Haula Walaa Quwwata) |
Berikut saya beri sedikit saja gambaran tentangnya. Makanan ini terbuat dari Tepung beras Ketan dicamput parutan kelapa. Yang kemudian dibentik seperti kerucut. Dan didalamnya diisi dengan Juroh. Atau Gula Kelapa yang sudah dicairkan.
Penelitian membuktikan bahwa Iwel-iwel termasuk jenis makanan langka saat ini. Kenapa? Walaupun dalam tradisi Jawa masih sering diadakan acara entah itu Syukuran ataupun lainnya. Yang masih menyertakan Iwel-iwel sebagai syaratnya. Namun disisi lain makanan ini mulai langka seiring pergeseran zaman.
Entahlah, namun memang begitulah realitanya. Pergeseran disini terutama menyangkut pergeseran Peminat, atau pangsa pasarnya kalo dilihat dari segi bisnis. Padahal sejak dulu tidak pernah ada orang yang menjualnya. Wkwkwkkw
Seiring dengan majunya teknologi. Seiring dengan berkembangnya Ilmu pengetahuan. Menyebabkan pergeseran ini serasa tak masuk akal. Ya mungkin karna Iwel-iwel kan dimakan bukan untuk dimasukkan ke Otak. Haha
Peminatnya, jika masa dulu memang murni karena adat. Sudah sejak lama kita tahu bangsa ini tidak lepas dari Kejawen. Dan setiap ada acara apapun pasti ada namanya Iwel-iwel. Dan kemudian yang se-Marganya yaitu Jadah, Mendut, Lemper, Wajik, Apem dan lain-lain.
Dulu, saat orang habis pulang menghadiri suatu acara entah itu sukuran atau lainnya pasti membawa oleh-oleh seperti ini. Karna ini sudah tradisi yang berlaku sejak lama di Etnis Jawa.
Dan sudah pasti selalu dimakan habis. Tidak disisakan untuk dibuang. Tapi saat ini sudah mulai berubah. Sudah mulai berganti tradisi. Memang, Iwel-iwel masih ada disetiap acara. Namun setelahnya, sehabis dibawa pulang. Eh, malah tidak dimakan bahkan harus dibuang sia sia.
Padahal jika kita tahu makna dibaliknya tentu akan menghargai tradisi pendahulu kita. Maksudnya menghargai untuk tidak menghilangkan jenis makanan ini.
Berdasar sumber yang saya dapat. Dalam tradisi Jawa apapun pasti memiliki makna. Kegiatan, benda, bahkan jenis makanan pasti punya maksud dan makna tertentu. Nah, khusus untuk Iwel-iwel ini tentu akan kita pelajari apa makna dibaliknya.
Iwel-iwel tidak bisa dilepaskan dari sejarah Wali Songo. Atau kaum penyebar Islam di Indonesia ini. Karena memang terutama di Pulau Jawa ini sangat kental dengan tradisi Kejawennya. Maka cara penyampeian Islam ditanah Jawa ini harus lewat tradisi.
Nah, dalam perjalanannya memang dulu tanah Jawa sudah didahului oleh agama Hindu. Maka sampai sekarang pun masih banyak perihal kegiatan yang tak jauh dari agama Hindu. Termasuk kenduren, bancaan 7 hari, 40 hari, 100 hari setelah kematian seseorang. Itu memang asli dari tradisi Hindu. Sama sekali Islam tak pernah mengajarkannya.
Namun karna ini metode dakwah yang mungkin cocok saat itu. Maka Wali Songo tidak merubah total kebiasaan tersebut. Hanyasaja, Beliau para Wali merubah sedikit tata cara adat Hindu tersebut. Yakni dengan merubah bacaan Hindu saat itu kemudian diganti dengan ayat-ayat didalam Al Qur'an. Sedikit demi sedikit.
Dan setelah acara tersebut pasti akan dibagikan jenis makanan seperti iwel-iwel tadi. Maka disinilah ada peran Dakwah juga melalui makanan tersebut. Diantaranya adalah :
1. Iwel-Iwel. Secara bahasa Iwel-iwel berasal dari kalimat bahasa Arab. yakni Laa haula walaa quwwata Illa billah,
Yang artinya " Tidak ada daya kekuatan kecuali dari Allah..". Maksudnya dari Iwel-iwel ini kita diajak untuk mengakui bahwa Tidak ada kekuasan, kekuatan, kecuali dari Allah SWT.
Maka dengannya pula. Kepercayaan animisme, dinamisme kala itu mulai hilang. Seperti kepercayaan tentang Benda-benda yang bisa mendatangkan manfaat.
2. Lemper
3. Jadah
4. Wajik
5. Apem. Berasal dari bahasa Arab yakni Afwun atau Afwan yang artinya " Maaf ". Maka dalam pemahamannya kita diajak untuk mudah dalam meminta maaf dan memberi maaf. Memberi maaf baik diminta atau tidak. Wajib bagi kita untuk selalu memafkan orang lain.
Dari beberapa jenis makanan diatas memang bentuknya ada yang lengket. Seperti Iwel-iwel itu kan ada beras ketan nya yang lengket. Kemudian ada gula klapa cairnya. Hal ini dimaksudkan dengan Lengket tersebut agar kita senantiasa menyambung persaudaraan, menyambung Sillaturrahim.
Nah seperti itulah sedikit gambaran tentang metode dakwah kala itu. Secara lebih umum lagi. Lewat tulisan ini saya ajak kepada kawan-kawan semua agar jangan mudah melupakan sejarah. Melupakan tradisi. Tidak harus melakukannya semua. Cukup kita pilih yang tidak melanggar syariah Islam. Agar anak cucu kita nantinya tidak bingung dan bertanya," Iwel-iwel ki panganan opo mak? "
Sekian, Asslamualaikum Wr. Wb
:D
Like & Share this,