Clinton Akui ISIS Buatan Amerika

Hillary Clinton, mantan Menlu AS
JOJ, Internasional-Jadi yang selama ini digembar gemborkan tentang ISIS itu hanya Issu. Issu yang menjadi salah satu alasan kenapa Amerika harus menggempur Irak dan Syria.

Padahal itu memang jelas jelas buatan AS. Seolah AS membantu kita(Islam-red) untuk membasmi ISIS. Namun, disisi lain jelas tujuan utamanya adalah menggempur Islam.


Usaha ini sebenarnya sudah dilakukan AS sejak tahun 1991. Rencana tersebut sudah pernah dibocorkan salah satu mantan Jenderal NATO. Bahwa segala gejolak yang terjadi di Timur Tengah adalah memang sudah Rencana Besar AS.

Baca: http://ahmadsamantho.wordpress.com/2012/07/14/dua-pandangan-tentang-konflik-sektarian-di-suriah/

Tujuannya adalah menguasai Timur Tengah seluruhnya. Untuk kemudian menguasai Minyak Dunia. Termasuk melalui anak buahnya Israel yang sampe saat ini terus menggempur Palestina.

Jadi kalo kemaren Pemerintah membicarakan ISIS dengan Amerika. Ini mungkin pas lagi mabuk atau mendhem kali?

======================

JOJ, Jakarta - Mantan Menlu AS Hillary Clinton membuat pernyataan yang mengejutkan dunia. Hillary mengakui, gerakan Islamic State of Iraq and Suriah (ISIS) merupakan gerakan buatan AS guna memecah belah dan membuat Timur Tengah senantiasa bergolak.

Pernyataan Hillary tersebut, selain disiarkan berbagai media massa barat juga dilansir harian Mesir, Elmihwar. Rabu (6/8) lalu harian itu menuliskan bahwa Hillary menyatakan hal itu dalam buku terbarunya, “Hard Choice”.

Mantan Menlu di kabinet Obama masa jabatan pertama itu itu mengaku, pemerintah AS dan negara-negara barat sengaja membentuk organisasi ISIS demi memecah belah Timur Tengah (Timteng). Hillary mengatakan gerakan ISIS sepakat dibentuk dan diumumkan pada 5 Juni 2013.

“Kami telah mengunjungi 112 negara sedunia. Lalu kami bersama-sama rekan-rekan bersepakat mengakui sebuah Negara Islam(Islamic State/IS) saat pengumuman tersebut,” tulis Hillary.

Dalam buku tersebut juga diuraikan bahwa ‘negara Islam’itu awalnya akan didirikan di Sinai, Mesir, sesuai revolusi yang bergolak di beberapa negara Timur Tengah. Semua, kata dia, berantakan saat kudeta yang digerakkan militer meletus di Mesir.

“Kami memasuki Irak, Libya dan Suriah, dan semua berjalan sangat baik. Namun tiba-tiba meletus revolusi 30 Juni-7 Agustus di Mesir. Itu membuat segala rencana berubah dalam tempo 72 jam,” ungkap istri mantan presiden AS, BillClinton, itu.

Hillary menambahkan, pihak barat sempat berpikir untuk menggunakan kekuatan. Persoalannya, Mesir bukanlah Suriah atau Libya, karena militer negara itu tergolong kuat. Selain itu, warga Mesir cenderung tidak pernah meninggalkan militer mereka. “Jadi, jika kami gunakan kekuatan melawan Mesir, kami akan rugi. Tapi jika kami tinggalka, kami pun rugi,” tulis dia. [but]

Sumber : Inilah.com

Subscribe to receive free email updates: