Setapak Lara dari Garabak Data

Kudo Baban, Iggoy el Fitra
#NASIONAL #KudoBaban

SOLOK--"Kleng, klong... Kleng, klong.."
Derap tapal kuda lebih sunyi dibandingkan denting lonceng yang suaranya semakin membesar, semakin mendekat. Dari rimbun hutan hujan, ada kehidupan yang berjalan. 


Sekawanan kuda-kuda dari Garabak, menyusuri jalan setapak menuju pengepul yang menunggu sejak matahari terlihat dari balik bukit.

"Kudo Baban", kuda pengangkut hasil bumi datang dari arah barat. Orang-orang memegangi tali dari pelana agar kuda dapat dikendalikan sehingga tidak terlalu kencang jalannya. Mereka tidak menunggangi kuda, melainkan mengiringi jalannya. Terkadang harus berlari sedikit karena kuda yang masih muda-muda itu terlalu kencang untuk disebut berjalan.

Di pelana, terikat karung berisi beras, kopi, getah karet, kayu manis, dan kapulaga. Di sisi lainnya tergantung jeriken kosong untuk diisi dengan minyak goreng saat kembali nanti.

Tidak mungkin untuk menunggangi, karena paling berat dibawa seekor "Kudo Baban" mencapai 100 kilogram dengan biaya Rp1.500 per kilogramnya. Perjalanan dari Nagari Garabak Data, Kecamatan Tigolurah, Kabupaten Solok, Sumatera Barat itu butuh waktu panjang. Perjalanan dimulai sebelum waktu subuh tiba. Mereka sampai ke lokasi pengepul sekitar pukul 10.00 WIB. Paling cepat yang berangkat dini hari akan sampai saat pagi menjelang.

Kuda-kuda itu membawa pesan dari dunia terang ke kegelapan, mereka membawa pangan untuk dapat ditukarkan dengan kebutuhan lainnya di pusat Kecamatan. Saat kembali, "Kudo Baban" membawa pakaian dan sembako yang tidak dihasilkan di nagari itu.

Nagari Garabak Data, nagari terluas di Kabupaten Solok yang dihuni sekitar 560 kepala keluarga itu berbatasan dengan wilayah Silago di Kabupaten Dharmasraya, Lubuak Tarok di Kabupaten Sijunjuang, dan Pakan Rabaa di Kabupaten Solok Selatan. Nagari itu memiliki tiga desa, yakni desa Garabak, Data, dan Lubuk Tareh.

"Kudo Baban" turun dari Garabak Data ke Nagari Batubajanjang, paling cepat ditempuh dengan jarak 15 kilometer itu sekitar 6 jam perjalanan kaki hingga ke lokasi pengepul menjemput barang. Dari situ, sekitar lima kilometer dibawa ke pasar di pusat kecamatan. Selanjutnya barang-barang dibawa ke pusat kabupaten Solok dengan waktu tempuh sekitar tiga jam perjalanan menggunakan mobil.

Hanya "Kudo Baban" yang bisa membawa barang melewati jalan setapak curam dan penuh lumpur dari Garabak Data. Jika mencoba menggunakan kendaraan roda dua, akan lebih banyak berjalan kaki sambil mendorong karena medan berat.

Hingga kini, warga sangat mengharapkan jalan aspal yang konon tidak bisa dibangun karena membelah hutan lindung. Jalan aspal yang akan membiarkan mobil-mobil perantau masuk ke kampung mereka yang terisolir sejak lama. Jalan yang akan dipasangi tiang-tiang listrik dan membuat Garabak Data menyala.

"Kleng, klong... Kleng, klong.."
Sekawanan kuda kembali ke Garabak Data, menapaki lara dan membiarkan kehidupan berjalan apa adanya,

Teks dan Foto: Iggoy el Fitra

Subscribe to receive free email updates: