” Petis manis, Pupus tebu sak umpomo [kepiye werdine]
Ojo ngucap, Ora teges tanpo guno [kepiye karepmu]
Petis manis, Yen ngucap sing ati ati [tansah tak enteni]
Dadi kanti, Nyoto bebrayan sesami “
Kanthi lelagon ” Petis Manis ” saking mbak Nurhana punika mugiya saget hamiwiti adicara rembug sesami ing sasana siang punika.
Sumangga kanthi waosan Basmalah sesarengan kita hamiwiti adicara punika,,, Bismillahirrahmanirrahiim,
Semoga dengan bacaan Basmalah ini bisa kita ambil pelajaran dari lirik lagu mbak Nurhana. Ndak ada salahnya budaya Jawa dihubungkan dengan politik. Terutama di zaman yang serba Lamis ini. Sebuah kata-kata tak bisa mewakili hati seseorang.
Dimana sebuah janji untuk di blenjani. Yo persis koyo janjine wakil rakyat iku Cak. Mik janji-janji tiada bukti. Katane demokrasi sistem yang dipakei RI.
Jare iku manut AS, yang katanya dengan demokrasi berhasil??? Preeetttttt. Jare dengan demokrasi rakyat bisa sejahtera??? Mmbelgedesss..
Terbukti sudah reformasi berjalan di 98 hingga kini. Ratingnya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi kalou bukan korupsi? Heheehe negeri seribu Pesulap. Dari kelas Teri hingga Kakap. Dari tangkapan sedikit hingga sebukit.
Ya Alhamdulillah kita masih punya KPK. Lembaga pembuat phobia sang mavia. Walou dulu tak seberapa tapi kini mulai terasa. HAHAHAHA Seolah kita dimana, dengan siapa, kapan saja. Selalu terbayang-bayang tuh wajah KaPeKa.
Terbirit-birit biasa. Menghindar percuma. Hanya waktu yang kan menjawabnya. Kapan saat sebuah perkara dibuka.
Takut kasus terkuak, Dukun bertindak. Wkwwkkwwkw. Terlaaaluu tapi itulah perjuangan. Perjuangan tuk terlepas dari KaPeKa. Dengan segala cara bahkan untuk titel Doctor-pun bisa berlagak diluar logika. Entah dimana otak mereka.
Hanya wong Bento yang melawan KaPeKa dengan taburan Garam Cinta. Hahahaha
(red-@Handocoe_HanCel)
Petis manis, Yen ngucap sing ati ati [tansah tak enteni]
Dadi kanti, Nyoto bebrayan sesami “
Kanthi lelagon ” Petis Manis ” saking mbak Nurhana punika mugiya saget hamiwiti adicara rembug sesami ing sasana siang punika.
Sumangga kanthi waosan Basmalah sesarengan kita hamiwiti adicara punika,,, Bismillahirrahmanirrahiim,
Semoga dengan bacaan Basmalah ini bisa kita ambil pelajaran dari lirik lagu mbak Nurhana. Ndak ada salahnya budaya Jawa dihubungkan dengan politik. Terutama di zaman yang serba Lamis ini. Sebuah kata-kata tak bisa mewakili hati seseorang.
Dimana sebuah janji untuk di blenjani. Yo persis koyo janjine wakil rakyat iku Cak. Mik janji-janji tiada bukti. Katane demokrasi sistem yang dipakei RI.
Jare iku manut AS, yang katanya dengan demokrasi berhasil??? Preeetttttt. Jare dengan demokrasi rakyat bisa sejahtera??? Mmbelgedesss..
Terbukti sudah reformasi berjalan di 98 hingga kini. Ratingnya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Apalagi kalou bukan korupsi? Heheehe negeri seribu Pesulap. Dari kelas Teri hingga Kakap. Dari tangkapan sedikit hingga sebukit.
Ya Alhamdulillah kita masih punya KPK. Lembaga pembuat phobia sang mavia. Walou dulu tak seberapa tapi kini mulai terasa. HAHAHAHA Seolah kita dimana, dengan siapa, kapan saja. Selalu terbayang-bayang tuh wajah KaPeKa.
Terbirit-birit biasa. Menghindar percuma. Hanya waktu yang kan menjawabnya. Kapan saat sebuah perkara dibuka.
Takut kasus terkuak, Dukun bertindak. Wkwwkkwwkw. Terlaaaluu tapi itulah perjuangan. Perjuangan tuk terlepas dari KaPeKa. Dengan segala cara bahkan untuk titel Doctor-pun bisa berlagak diluar logika. Entah dimana otak mereka.
Hanya wong Bento yang melawan KaPeKa dengan taburan Garam Cinta. Hahahaha
(red-@Handocoe_HanCel)