Rintihan Sang Pemangsa

Berawal dari keprihatinan kita. Keseddehan soal Harimau. Harimau yang dulu katanya banyak itu sekarang tiada suda. Entah kemana ini sang Carnivora tercinta. Hingga tak tahu pada siapa kita bertanya.

Tanya pada manusia? Sudah dijawab, " Udah tak makan tuh Harimau semua ". Sang pemangsa ganas itu la kok jatuh dimangsa manusia akhirnya. Lah emang iya. Betapa buasnya kita. 

Jangankan pada harimau lawong podo uwonge saja doyan kok. Padahal sebuas-buasnya Harimau dia gak akan tega makan anak e dewe. Begitu besar cinta sang Bunda. Beda sama manusia yang tak me-manusia-kan sesama. Hingga hewanpun geleng-geleng kepala.

Seolah heran dengan semua kelakuan kita. Kelakuan yang merusak kehidupan. Kehidupan setiap insan, setiap yang bernapas. Termasuk hewan dan tumbuhan. Sampai terheran kita, " Oh iya ya kemana sekarang mereka ? ".

Lantas pendidikan yang sampai sekarang terus digalakkan demi kelangsungan kehidupan masa mendatang. Terus berjuang menjaga keseimbangan. Tersebab taqdir kita suda tuk besanding dengan mereka. Besanding dengan alam raya yang rupa-rupa isinya.

Hingga hilang akal kita. Hilang fakta dan realita akan cinta kita terhadap sesama. Kalou terhadap hewanpun cinta tiada suda. Lantas bagaimana dengan sesama manusia?

Tak henti-hentinya kita bersuara. Sekedar tahu saja kawan kita penggiat alam akan perjuangan mereka. Walou kalah dengan fakta, " Takkan mampu memindahkan gunung dengan untaian Kata ". 

Yah minimal sudah kita berusaha demi masa depan mereka. Anak cucu tercinta. Bagaimana akan jawaban Guru Tercinta. Ketika Beliau ditanya, " Pak kalau mau liat harimau dan singa dimana? ". Yang termudah dan terdekat ya kebun binatang sssaannaaaa??? Ya kalou dari Ngawi paling deket Jurug lah tempatnya.

Begitukah alam mereka? Mereka yang dahulu merdeka. Si Raja Hutan itu kini merana. Merana- merene- merono isine podo cak. 20 meter ada pager. Utara, Timur, Selatan dan Barat juga pager. Sehingga no ndi ae mik muter-muter.

Sambil melirik kesana, ada anak manusia sedang menikmati mereka. Sedang tersenyum meratapi nasib yang kian fana. Bayangpun Sang Pemangsa itu meracau galau. Menunggu ajal tiba menghampiri mereka. Pasti walau perlahan sampai juga taqdir mereka.

Jadi legenda cerita anak muda seterusnya. Ketika cucu bertanya, " Nek, adakah dulu harimau disekitar kita? ". " Ada ", jawabnya. Ya cuma ada saja tanpa pernah menatap wajah garangnya.

Kemana Harimau nusantara? Harimau Bali, Jawa, Sumatera? Walou sementara ini Harimau Sumatera yang tersisa. Tak mengapa jua. Semoga tak lupa akan perjuangan kita. Yang sebagian kecil ini cuma bersuara. " Selamatkan Harimau Tercinta! "

Lantas gimana caranya? Yang penting jangan tanya sama Bang Ebiet G Ade. Ben gak dijawab, " Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.... ". Sekian
(red-@Handocoe_HanCel)

Subscribe to receive free email updates: