Kritik Kok Dianggap Menjatuhken Sih? [Terkait Walhi & Jokowi]

Maaf sebelumnya jika ada pihak-pihak yang tersungging dengan tulisan saya Mohon Jangan Dibaca Hahahaha. Saya takut nanti anda mengira Kompasiana kok Isinya medan Perang seh ?
13900977131669260011Jujur saya heran, di Kompasiana ini dijunjung tinggi kebebasan berpendapat.


Mengeluarken ide, saran, kritik, uneg-uneg, usul. Dan itu demi kebaikan bersama. Demi kemajuan bersama.  Kepada siapapun. Kepada Instansi, lembaga, yayasan, layanan apapun.

Termasuk disini Kritik, saran, terhadap Birokrasi. Terhadap Pemerintah. Beberapa waktu lalu sempat disemprot saya sama Relawan JKW. Hehehe maaf jika anda tersungging. Artikel tentang “

” Ini Salahnya si Hujan! “, Jokowi Musyrik? “
http://edukasi.kompasiana.com/2014/01/18/salahkan-hujan-jokowi-musyrik-625549.html

Itu saya tulis Copas dari TribunNews.com. Disitu dijelaskan Walhi mengkritik Jokowi sebagai Gubernur yang seharusnya Mencari Solusi dalam menangani Banjir.  Bukan malah menyalahkan Hujan dan Rob. Menyalahkan hujan dalam persepsi lain juga menyalahkan Tuhan sang Pencipta Hujan.

“Memang terjadi hujan deras di sekitar Pulogadung dan robnya naik. Problemnya ada di situ,” kata Jokowi.
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/01/18/salahkan-hujan-penyebab-banjir-walhi-sebut-jokowi-musyrik

Maka tidak selayaknya jika pak Jokowi berkata seperti itu. Jadi saya tegaskan itu pernyataan Walhi. Bukan pernyataan Kami yang menurut anda ingin menjatuhkan Jokowi.

Kita tahu pak Jokowi itu Baik [seperti tulisan Kompasianer beberapa waktu lalu]. Tapi sebagai Manusia pak Jokowi tentu memiliki kekurangan. Nah kita, termasuk anda para relawan Jokowi. Wajib mengingatkan pemimpin yang punya salah, kekurangan.

Dan jangan sekali-kali menutup mata. Pemimpin itu tugasnya berat lou? Pemimpin yang baik itu yang mau mendengarkan rakyatnya. Termasuk rakyat yang mengingatkan akan kekurangan Pemimpin itu. Maka sudah seharusnya kita sadar, jika Kritik itu untuk membangun agar lebih baik. Agar Pemimpin yang sudah kita pilih ini tidak berjalan sendiri. Agar tahu dibelakangnya ada rakyat yang menaruh amanat kepada sang Pemimpin.

Maka disinilah Peran  media untuk menjalankan Fungsi pengawasan. Media[Jurnalis] sudah semestinya menjadi tangan rakyat yang menyampaikan aspirasi kepada Pemimpin. Kita pun sadar juga jika faktanya sekarang ini media lagi bingung. Memberitakan sesuatu secara tidak Obyektif. Tidak proporsional. Maka Kompasianer pun berhak juga menjalankan fungsi pengawasan[diwadahi Kompasiana].

Nah, sesuai topiknya. Saya sampaikan mohon maaf jika relawan Jokowi tersinggung. Niat kita semua baik kok. Anda hanya salah paham saja. Sekali lagi jangan dikira setiap Kritik itu untuk menjatuhkan. Tapi dengan Kritik itu supaya Pemimpin sadar. Bahwa dia memegang amanat rakyat.

Bukankah Rakyat yang baik adalah yang mau mengingatkan jika Pemimpin nya salah? Pemimpinnya memiliki Kekurangan lantas mau mengingatkan?

Bukankah Rakyat yang jelek adalah yang cuek terhadap Pemimpinnya? Pemimpinnya salah tak mau mengingatkan? Salah tetap didukung?

Hahaha diakhir tulisan ini saya ingatkan lagi satu Kisah tentang Kepemimpinan Umar bin Khattab. Umar bin Khattab pernah berkata, ” Wahai Kaumku! Hari ini aku diangkat menjadi Khalifah untukmu. Tebas Leherku! Jika aku melanggar Larangan Allah.  ”

Wallahu a’lam bi ash sawaab,,,,
Sukron,

Subscribe to receive free email updates: